Monday 20 August 2012

Football : Trio Devils (Ronaldo, Rooney, Torres)


Trio Devils
Football fanfiction ©Opi Arima Saniana
Cerita ini hanya fiktif belaka dan sekadar untuk penghilang stress gara-gara Indeks Prestasi yang tak sesuai harapan.
Setting : London, Universal High School
___________________************************************__________________ 

Sungguh pagi yang tenang di Universal High School, salah satu SMU ter-favorit di kota London. Murid-muridnya berasal dari seluruh dunia dan kebanyakan memiliki IQ di atas rata-rata. Fakta lain dari Universal HS (High School) adalah seluruh siswanya bergender laki-laki, jadi jangan terkejut jika sekolah ini memang errr… sedikit liar dan bengal. Barang sedetik setting sekolah bisa switch menjadi hutan rimba lengkap dengan hukum rimbanya, siapa yang kuat, siapa yang berkuasa, dialah yang menang.
Oke, mari kita lihat keadaan kelas 11 IPA 1, hmmm… begitu tenang dan sunyi. Para murid sedang sibuk mengerjakan soal ulangan matematika yang super duper sulit. Suasana suram itu semakin diperkeruh dengan tatapan intens sang guru killer yang tanpa lelah mengawasi jalannya ulangan harian.

“Jangan ada yang menyontek, kalau ketauan saya kasih nilai nol,” seru Pak Mourinho lantang.

Rooney mulai menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, mengerjakan setengahnya pun dia tidak bisa. Si pemuda blonde melirik kanan dan kirinya, berharap sohib-sohibnya ada yang membantunya.

“Kamu ngapain!”

Rooney kaget setengah mati kayak maling hampir ketauan nyolong daleman warga. ‘Bangsat!’ batin Rooney kesal, pupus sudah rencananya buat menyontek. Satu jam berlalu dengan sangat menegangkan sekaligus membosankan. Hampir seluruh siswa keluar dari ruang kelas dengan gontai dan pesimis bakal mendapatkan nilai lumayan.

“Anjrit, gue nggak bisa ngerjain!” ujar Rooney kesal.
“Itu emang dasarnya loe aja yang bego, kagak belajar loe semalem?” sahut Torres.
“Ngapain dibahas lagi sih, gue yang notabene siswa paling pinter di kelas aja nggak gitu bisa ngerjain tuh soal, mending kita nge-bully siapa kek, lumayan buat refreshing!” ujar Ronaldo ceria.

Torres menyeringai ke arah dua sohibnya, jika tatapan bisa membunuh maka Rooney dan Ronaldo sudah almarhum. 

“Jangan bilang…”
“Kalau kita bakal ngerjain ‘dia’ lagi, gue nggak mau disuruh Pak Fergie (Kepsek) lari keliling lapangan kayak minggu lalu,” timpal Rooney merana.

Tanpa persetujuan kedua sohibnya, Torres langsung menarik lengan mereka menuju lantai bawah. Perlu kalian tahu kalau Genk Devil Trio ini sangat populer di kalangan Universal HS, anggotanya adalah Rooney, Torres, dan Ronaldo selaku ketua genk. Genk ini sangatlah ditakuti, pekerjaan utama mereka adalah menebarkan ketenaran, melakukan bullying kepada siswa yang sekiranya tidak mereka sukai dan memalak adik-adik kelas  yang sering mereka bilang ‘kamseupay’. Tapi bagaimana pun, mereka bertiga telah menorehkan banyak prestasi untuk Universal HS. Ronaldo adalah siswa yang paling jenius dan sering menjuarai olympiade Sains, Rooney walaupun prestasi akademiknya tidak membanggakan, dia adalah nyawa dari grup band ‘Manchunian’ dia juga salah satu gitaris muda terhebat di Inggris, sedangkan Torres, salahkan pesonanya yang mampu membuat para gadis London pingsan di tempat ataupun mimisan seember karena efek fangirling, dia juga salah satu pebasket andalan yang paling disegani di Universal HS. Mengeluarkan mereka dari sekolah dengan alasan catatan hitam yang terbilang ‘luar biasa banyaknya’ pun tak banyak membantu, bagaimana pun juga orangtua mereka adalah donatur terbesar di sekolah ini.

“Messi mana nih, padahal aku mau ngegangguin dia, huh!” seloroh Ronaldo kesal.
“Eh, ada teman sekelasnya Messi tuh, kita kerjain aja yuk!” ajak Torres yang langsung mendapat anggukan setuju dari kedua sohibnya. Mereka bertiga akhirnya mendatangi ruang kelas si anak malang itu.
“Heh cupu, kesini loe!” teriak Rooney garang. Si cupu akhirnya menuruti perintah sang senior, firasat buruk membayang jelas di benaknya.
“A-apa yang senior inginkan dari saya,” ujar si pemuda cupu  yang diketahui bernama Luis Suarez.
“Loe sekarang setor ke kita-kita, kalo nggak loe bakal tau akibatnya,” ancam Torres tak berperasaan.
“Ta-tapi senior saya nggak punya uang,”
“Uaaapppaaaaaaaa, loe mau mati ya?” sengit Ronaldo lebay sambil menarik dasi Luis Suarez.

Rooney mengobrak-abrik isi tas Luis Suarez dan menemukan segepok uang. Luis Suarez dilanda kepanikan yang luar biasa, pemuda itu langsung memohon-mohon kepada senior-seniornya agar tidak mengambil uang itu.

“Jangan Senior, itu uang buat bayar SPP!!!”
“Bodo amat,” balas Torres lagi-lagi tak berperasaan.

Suarez menangis sendirian di ruang kelasnya menatap kepergian orang-orang kejam itu. Sungguh durjana kelakuan ketiga seniornya, bapaknya Luis Suarez yang hanya seorang pedagang bakso di sekitar stadion Wembley itu harus ngutang sana-sini demi membayar biaya SPP. Tiba-tiba datanglah teman sekelas Luis Suarez, menatap khawatir keadaan temannya yang terlihat sedang hancur.

“Loe napa nangis, Rez?” tanya Messi iba.
“Du-duit SPP gu-gue dirampas Devil Trio, hiks… hiks…,”
“UAPUAAAA!!!” Messi terkejut mendengarnya. ‘Temen gue lebay amat’ batin Luis Suarez.
“Sungguh ter-la-lu mereka itu, mentang-mentang kita junior, tenang Rez, gue bakal ngatasin tiga tikus got itu, uang loe pasti kembali!”
“Makasih banyak ya Mess, tapi apa loe yakin bisa ngatasin mereka bertiga?” ujar Suarez pesimis.
Suarez bergidik ngeri melihat seringai tajam dari seorang Leonel Messi, sepertinya temannya yang satu ini benar-benar serius akan ucapannya.
“Ehmmm, sementara ini loe bayar SPP pake duit gue dulu aja yach,” tawar Messi pada Suarez.
“Ta-tapi ini uang apa?” tanya Suarez sedikit khawatir.
“Itu uang hadiah olympiade fisika kemarin, rencananya sih mau kubelikan handphone baru, tapi… aku lihat kamu lagi butuh banget, jadi yaaaaa…”

Hilang sudah segala kesedihan dari diri Luis Suarez. Dia langsung menerima segepok uang yang dirasanya cukup buat bayar SPP. Secara refleks si pemuda bersurai hitam itu memeluk si surai pirang saking senangnya, ya, minimal hal itu bisa membuat pipi seorang Leonel Messi bersemu merah jambu.

“Makasiiiiiiiiihhh banget, loe tuh emang best friend gue yang paling baik sedunia, hehehe,”
“Jangan peluk-peluk, you bloody hell, kalo ada anak lain yang liat nanti kita dikira homo tauk!”
“Ups, sorry!”

Mereka berdua segera meninggalkan ruang kelas karena hari hampir gelap. Leonel Messi menatap kosong langit London tanpa bintang-bintang di atasnya. Matanya mulai meredup dan aura getir mulai menyelimuti dirinya.

‘Kenapa kalian harus jahat sih, padahal aku yakin kalian orang baik-baik’ 

Lamunan Messi langsung buyar ketika suara klakson mengagetkan mereka berdua.

“Bareng gue aja, oke?”
“Senior Xavi?”

Senyum Messi dan Suarez langsung mengembang. Sebuah kesempatan yang langka bisa mendapat tumpangan ‘grentongan’ dari seorang Xavi Hernandez yang notabene adalah Wakil Ketua OSIS Universal HS. Messi memandang keluar jendela kaca mobil, tangannya mengepal kuat menahan amarah. Sebentar lagi dia akan menjadi orang pertama yang bakal menghentikan kesemena-menaan, keganasan dan ketidak-awesome-an para senior tak tahu diri itu. Lihat saja, lihat saja, LIHAT SAJA!!!

#~#~#~#~#~# Berakhir dengan sangat abal dan gaje :D #digebukin-se-RT #~#~#~#~#