Trio
Devils
Football fanfiction
©Opi Arima Saniana
Cerita ini hanya
fiktif belaka dan sekadar untuk penghilang stress gara-gara Indeks Prestasi
yang tak sesuai harapan.
Setting : London,
Universal High School
___________________************************************__________________
Sungguh
pagi yang tenang di Universal High School, salah satu SMU ter-favorit di kota
London. Murid-muridnya berasal dari seluruh dunia dan kebanyakan memiliki IQ di
atas rata-rata. Fakta lain dari Universal HS (High School) adalah seluruh
siswanya bergender laki-laki, jadi jangan terkejut jika sekolah ini memang
errr… sedikit liar dan bengal. Barang sedetik setting sekolah bisa switch
menjadi hutan rimba lengkap dengan hukum rimbanya, siapa yang kuat, siapa yang
berkuasa, dialah yang menang.
Oke,
mari kita lihat keadaan kelas 11 IPA 1, hmmm… begitu tenang dan sunyi. Para
murid sedang sibuk mengerjakan soal ulangan matematika yang super duper sulit.
Suasana suram itu semakin diperkeruh dengan tatapan intens sang guru killer
yang tanpa lelah mengawasi jalannya ulangan harian.
“Jangan
ada yang menyontek, kalau ketauan saya kasih nilai nol,” seru Pak Mourinho
lantang.
Rooney
mulai menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, mengerjakan setengahnya pun
dia tidak bisa. Si pemuda blonde melirik kanan dan kirinya, berharap
sohib-sohibnya ada yang membantunya.
“Kamu
ngapain!”
Rooney
kaget setengah mati kayak maling hampir ketauan nyolong daleman warga. ‘Bangsat!’
batin Rooney kesal, pupus sudah rencananya buat menyontek. Satu jam berlalu
dengan sangat menegangkan sekaligus membosankan. Hampir seluruh siswa keluar
dari ruang kelas dengan gontai dan pesimis bakal mendapatkan nilai lumayan.
“Anjrit,
gue nggak bisa ngerjain!” ujar Rooney kesal.
“Itu
emang dasarnya loe aja yang bego, kagak belajar loe semalem?” sahut Torres.
“Ngapain
dibahas lagi sih, gue yang notabene siswa paling pinter di kelas aja nggak gitu
bisa ngerjain tuh soal, mending kita nge-bully siapa kek, lumayan buat
refreshing!” ujar Ronaldo ceria.
Torres
menyeringai ke arah dua sohibnya, jika tatapan bisa membunuh maka Rooney dan
Ronaldo sudah almarhum.
“Jangan
bilang…”
“Kalau
kita bakal ngerjain ‘dia’ lagi, gue nggak mau disuruh Pak Fergie (Kepsek) lari
keliling lapangan kayak minggu lalu,” timpal Rooney merana.
Tanpa
persetujuan kedua sohibnya, Torres langsung menarik lengan mereka menuju lantai
bawah. Perlu kalian tahu kalau Genk Devil Trio ini sangat populer di kalangan Universal
HS, anggotanya adalah Rooney, Torres, dan Ronaldo selaku ketua genk. Genk ini
sangatlah ditakuti, pekerjaan utama mereka adalah menebarkan ketenaran,
melakukan bullying kepada siswa yang sekiranya tidak mereka sukai dan memalak
adik-adik kelas yang sering mereka
bilang ‘kamseupay’. Tapi bagaimana pun, mereka bertiga telah menorehkan banyak
prestasi untuk Universal HS. Ronaldo
adalah siswa yang paling jenius dan sering menjuarai olympiade Sains, Rooney walaupun prestasi akademiknya
tidak membanggakan, dia adalah nyawa dari grup band ‘Manchunian’ dia juga salah
satu gitaris muda terhebat di Inggris, sedangkan Torres, salahkan pesonanya yang mampu membuat para gadis London
pingsan di tempat ataupun mimisan seember karena efek fangirling, dia juga salah satu pebasket andalan yang paling
disegani di Universal HS. Mengeluarkan mereka dari sekolah dengan alasan
catatan hitam yang terbilang ‘luar biasa banyaknya’ pun tak banyak membantu, bagaimana
pun juga orangtua mereka adalah donatur terbesar di sekolah ini.
“Messi
mana nih, padahal aku mau ngegangguin dia, huh!” seloroh Ronaldo kesal.
“Eh,
ada teman sekelasnya Messi tuh, kita kerjain aja yuk!” ajak Torres yang
langsung mendapat anggukan setuju dari kedua sohibnya. Mereka bertiga akhirnya
mendatangi ruang kelas si anak malang itu.
“Heh
cupu, kesini loe!” teriak Rooney garang. Si cupu akhirnya menuruti perintah
sang senior, firasat buruk membayang jelas di benaknya.
“A-apa
yang senior inginkan dari saya,” ujar si pemuda cupu yang diketahui bernama Luis Suarez.
“Loe
sekarang setor ke kita-kita, kalo nggak loe bakal tau akibatnya,” ancam Torres
tak berperasaan.
“Ta-tapi
senior saya nggak punya uang,”
“Uaaapppaaaaaaaa,
loe mau mati ya?” sengit Ronaldo lebay sambil menarik dasi Luis Suarez.
Rooney
mengobrak-abrik isi tas Luis Suarez dan menemukan segepok uang. Luis Suarez
dilanda kepanikan yang luar biasa, pemuda itu langsung memohon-mohon kepada
senior-seniornya agar tidak mengambil uang itu.
“Jangan Senior, itu uang buat bayar SPP!!!”
“Bodo
amat,” balas Torres lagi-lagi tak berperasaan.
Suarez
menangis sendirian di ruang kelasnya menatap kepergian orang-orang kejam itu.
Sungguh durjana kelakuan ketiga seniornya, bapaknya Luis Suarez yang hanya
seorang pedagang bakso di sekitar stadion Wembley itu harus ngutang sana-sini
demi membayar biaya SPP. Tiba-tiba datanglah teman sekelas Luis Suarez, menatap
khawatir keadaan temannya yang terlihat sedang hancur.
“Loe
napa nangis, Rez?” tanya Messi iba.
“Du-duit
SPP gu-gue dirampas Devil Trio, hiks… hiks…,”
“UAPUAAAA!!!”
Messi terkejut mendengarnya. ‘Temen gue lebay amat’ batin Luis Suarez.
“Sungguh
ter-la-lu mereka itu, mentang-mentang kita junior, tenang Rez, gue bakal
ngatasin tiga tikus got itu, uang loe pasti kembali!”
“Makasih
banyak ya Mess, tapi apa loe yakin bisa ngatasin mereka bertiga?” ujar Suarez
pesimis.
Suarez
bergidik ngeri melihat seringai tajam dari seorang Leonel Messi, sepertinya
temannya yang satu ini benar-benar serius akan ucapannya.
“Ehmmm,
sementara ini loe bayar SPP pake duit gue dulu aja yach,” tawar Messi pada
Suarez.
“Ta-tapi
ini uang apa?” tanya Suarez sedikit khawatir.
“Itu
uang hadiah olympiade fisika kemarin, rencananya sih mau kubelikan handphone
baru, tapi… aku lihat kamu lagi butuh banget, jadi yaaaaa…”
Hilang
sudah segala kesedihan dari diri Luis Suarez. Dia langsung menerima segepok
uang yang dirasanya cukup buat bayar SPP. Secara refleks si pemuda bersurai
hitam itu memeluk si surai pirang saking senangnya, ya, minimal hal itu bisa
membuat pipi seorang Leonel Messi bersemu merah jambu.
“Makasiiiiiiiiihhh
banget, loe tuh emang best friend gue yang paling baik sedunia, hehehe,”
“Jangan
peluk-peluk, you bloody hell, kalo
ada anak lain yang liat nanti kita dikira homo tauk!”
“Ups,
sorry!”
Mereka
berdua segera meninggalkan ruang kelas karena hari hampir gelap. Leonel Messi
menatap kosong langit London tanpa bintang-bintang di atasnya. Matanya mulai
meredup dan aura getir mulai menyelimuti dirinya.
‘Kenapa kalian
harus jahat sih, padahal aku yakin kalian orang baik-baik’
Lamunan
Messi langsung buyar ketika suara klakson mengagetkan mereka berdua.
“Bareng
gue aja, oke?”
“Senior
Xavi?”
Senyum
Messi dan Suarez langsung mengembang. Sebuah kesempatan yang langka bisa
mendapat tumpangan ‘grentongan’ dari seorang Xavi Hernandez yang notabene
adalah Wakil Ketua OSIS Universal HS. Messi memandang keluar jendela kaca
mobil, tangannya mengepal kuat menahan amarah. Sebentar lagi dia akan menjadi
orang pertama yang bakal menghentikan kesemena-menaan, keganasan dan
ketidak-awesome-an para senior tak tahu diri itu. Lihat saja, lihat saja, LIHAT
SAJA!!!
#~#~#~#~#~# Berakhir
dengan sangat abal dan gaje :D #digebukin-se-RT #~#~#~#~#